
Dialog ini dihadiri oleh
ketua FKUB Kabupaten Bangka Tengah, H. Yuhanda. AM dan utusan Tokoh lintas agama,
Organisasi Masyarakat dan Organisasi Keagamaan yang berjumlah 30 orang.
Dalam
sambutannya, H. Ruslan, S. Ag mengatakan bahwa bangka belitung termasuk wilayah
zero conflict dalam hal kerukunan
umat beragama, dialog ini untuk memantapkan kerukunan antar umat beragama di
bangka tengah sesuai tema yang diusung dalam kegiatan ini yaitu “memantapkan
kondusifitas kerukunan umat beragama
kabupaten bangka tengah dalam rangka mewujudkan provinsi kep. bangka belitung sebagai
model kerukunan umat beragama tingkat nasional”.
Dalam paparannya, Ia
mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap PBM Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 tentang
Pedoman PelaksanaanTugas Kepala Daerah/Wakil Kepala daerah
dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Komunikasi Umat
Beragama dan Pendirian Rumah Ibadah, agar tidak ada pergesekan satu dengan yang
lainnya.
Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Syari’ah STAIN SAS Kepulauan Bangka
Belitung, Prof. DR. H. Hatamar Rasyid, MA mengatakan adanya banyak Konflik dan
kasus terkait kerukunan antar umat beragama yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia beberapa tahun lalu dan yang terakhir kasus di Tolikara (Papua) tahun
lalu mengakibatkan kondisi startegis kerukunan nasional daerah berpengaruh
kepada yang lain dan tidak bisa dipungkiri semua itu fakta yang ada.
Lanjutnya, dalam membangun stabilitas Nasional urgensi kerukunan itu penting
sekali karena bisa menutupi banyak konflik-konflik sebagai katup pengaman yang
lain.
”orang tidak mungkin bisa membangun kalau tidak rukun, Pemerintah tidak mungkin
bisa mencapai target-terget pembangunannya dengan berbagai programnya termasuk
RKP dan program-program yang telah dicanangkan,”kata mantan Kakanwil Kemenag
Prov. Kep. Babel ini.
Yang tidak kalah pentingnya dalam kerukunan antar umat beragama adalah
membangun integrasi sosial, satu sama lain saling menghargai, satu sama lain
memberi hak dan kewajibannya.
Ditambahkannya, salah satu nilai-nilai perekat kerukunan antar umat
beragama di Bangka Belitung yaitu kearifan lokal, yang terkenal dengan sikap
saling tolong menolong yang dikenal
dengan slogan ”serumpun Sebalai” yang diperindah dengan adagium ”Phangin
Thongin Jit Jong”. Sama halnya dengan nilai-nilai kebersamaan yang
terkandung dalam slogan ”Sepintu Sedulang” yang dikembangkan di Kabupaten Bangka, ”Sejiran
Setason” di Kabupaten Bangka Barat, ”Selawang Segantang” di Kabupaten Bangka Tengah, ”Junjung
Besaoh” di Kabupaten Bangka Selatan
dan Adat ”Berebut Lawang” di
Kabupaten Belitung dan ”Satu Hati Bangun Negeri di Belitung Timur,
semuanya merupakan kearifan lokal yang dapat terus dilestarikan dan dijadikan
perekat dalam resolusi konflik.
Menurutnya, masyarakat Bangka Belitung sebagai masyarakat yang cair dan
terkenal keramahtamahannya, pada prinsipnya adalah masyarakat yang cinta damai,
cepat beradaptasi dengan pendatang dan suka tolong menolong. Sehingga modal sosial
ini menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun harmoni dan kerukunan,
dan tentu saja menjadi variable penting dalam konteks resolusi konflik.(eMHa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar