Koba (Bangka Tengah) Sabtu (24/3) Bertempat di Grand Vella Hotel Pangkalanbaru, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Tengah H. Ruslan, S.Ag. membuka secara resmi Kegiatan Dialog Kerukunan Lintas Agama di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Sub Bagian Tata Usaha Kankemenag Bangka Tengah ini dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari utusan FKUB Bangka Tengah, GP Ansor Bangka Tengah, Pemuda Muhammadiyah Bangka Tengah, KNPI Bangka Tengah, Gemabudhi Bangka Tengah, MAKIN Bangka Tengah, Pastor Paroki St. Fransiska Serius Kobar, Pengurus Keagamaan/Kepemudaan Hindu dan Kristen serta jajaran Pegawai Kankemenag Bangka Tengah.
Kegiatan yang mengusung tema "Mendewasakan Kerukunan Umat Beragama dalam Rangka Penguatan Kebangsaan" menghadirkan tiga pembicara yaitu, Dr. Zayadi Hamzah, M.Ag. Ketua STAIN SAS Bangka Belitung, Masmuni Mahatma, M.Ag. dosen STAIN SAS Bangka Belitung dan Rm. Nugroho Krisusanto, SSCC dari Vikjen Keuskupan Pangkalpinang.
Dalam sambutannya, H. Ruslan, S.Ag. mengajak kepada semua elemen umat beragama untuk selalu menjaga kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama, menahan diri dari isu-isu dari luar yang sengaja ingin merusak tatanan kehidupan beragama dan berbangsa akhir-akhir ini. Dirinya berharap kerukanan umat beragama dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga permasalahan dapat teratasi dengan jalan musyawarah dan dialog lintas agama.
Menurut Dr. Zayadi Hamzah, salah satu faktor sosial yang menimbulkan konflik ditengah-tengah kehidupan umat beragama adalah adanya ketidakadilan, oleh sebab itu ketika ketidakadilan itu muncul, maka akan melahirkan konflik.
"Konflik terbesar yang disebabkan oleh masalah-masalah sosial yang paling besar adalah ketidakadilan, karena negara ini didirikan bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur,"katanya.
Ditambahkannya, Pemerintah saat ini tampaknya masih belum mampu menciptakan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek kehidupan beragama. Dan ketidakadilan dalam aspek ekonomi maupun aspek ibadah dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya memicu masalah konflik agama, tetapi bisa membuat orang menjadi teroris.
"teroris itu bukan semata-mata menuntut keadilan dalam teologi agama, tetapi salah satunya disebabkan oleh ketidakadilan politik yang dijalankan oleh pihak pemerintah, makanya mereka ingin mendobrak kebijakan politik pemerintah tersebut,"ungkapnya.
Terakhir katanya yang juga tidak kalah penting adalah menjaga kearifan lokal sebagai perekat atau pemersatu bangsa, seperti gotong royong yang saat ini keberadaannya semakin punah di masyarakat.
Sementara itu, narasumber lainnya Masmuni Mahatma mengatakan bahwa kerukunan antar umat beragama tidak akan tercipta jika pemeluknya masih berfikir secara parsialisme, oleh karena itu kerukunan perlu didewasakan.
Ditambahkannya, di Indonesia ada suatu falsafah kebangsaan yang kita kenal dengan Bhineka Tunggal Ika, artinya kita sebagai makhluk tuhan harus mempunyai sikap humanisme ditengah-tengah keberagaman tersebut.
Kegiatan tersebut mendapat perhatian dan apresiasi yang luar biasa dari para peserta, dari awal pembukaan hingga penutupan seluruh peserta mengikuti jalannya dialog tersebut dengan tertib dan lancar.(eMHa)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar